Jumat, 02 Oktober 2009

moral bangsa pasca-tragedi 1965


tragedi kelabu g30s 1965 atau dulu dikenal gestok (gestapu september-oktober), merupakan titik balik perjalanan sejarah bangsa: dulu rakyat “melek politik” serta memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi, amat resisten terhadap pengaruh asing, tapi kemudian berbalik menjadi massa rakyat mengambang (floating mass) yang tercerabut dari ruh realitas sosial, sekaligus terasing dari hiruk-pikuk dinamika politik kebangsaan. pasca- g30s 1965 itulah, akselerasi perjalanan bangsa seperti berjalan makin jauh dari cita-cita proklamasi kemerdekaan yang mendambakan rakyat hidup makmur, sentosa bahagia, adil dan sejahtera. lihatlah, ideologi rezim ekonomi bangsa saat ini yang coreng-moreng bergincu ala kapitalisme liberal, terjadi proses demoralisasi yang masif dan intensif, dan lebih mencemaskan lagi terjadi deideologi (pancasila). pengingkaran atas ideologi pancasila terlihat dekat di sekitar kita. ambil ilustrasi, bagaimana upaya satpol pp dalam lingkungan pemprov/pemda/pemkot dalam menertibkan saudara sebangsanya yang mencari nafkah di sektor informal pedagang kaki lima. Sudah sering kita saksikan ratap tangis pedagang, ketika lapak dagangan atau gerobak mereka diangkut atau diobrak abrik. lantas manalah implementasi dari sila kedua pancasila: kemanusiaan yang adil dan beradab? Sungguh ironi wajah kemanusiaan bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar