Rabu, 21 Oktober 2009

beethoven ~ partitur simponi kelima: für elise


(partitur simponi kelima, karya komponis legendaris dari jerman ludwig van beethoven 1770 di bonn, wafat 26 maret 1827 di wina. karya monumentalnya simfoni kelima dan kesembilan, dan juga “für elise” yang masyhur itu...)

salam revolusi! ayo bung, silahkan teguk dulu secangkir kopi jahe ini. Yuk kita nikmati koleksi klasik romantik dari para komponis masyhur dunia seperti bach, beethoven, handel, mozart, shcubert, atau antonio vivaldi. Yup, sambil duduk selonjor di balai-balai bambu, menatap lanskap merapi yang menjulang kokoh dan hening. dalam kebisuan merapi, tetap saja ia menyimpan potensi bencana yang sewaktu-waktu meniupkan gelombang awan panas atawa wedhus gembel. dan tak jauh dari tempat kita duduk kongkow sambil menyimak musik klasik, kita nikmati pesta kerja di kali bebeng dan kali gendol di mana jutaan metrik material pasir berkualitas dan batu-batu, terhampar luas. ratusan truk hilir mudik mengangkuti pasir dan batu-batu, dan seolah tak pernah ada habis-habisnya dikeduk atau diangkuti oleh ratusan truk yang hilir mudik sabarn hari. ratusan pekerja muda terlibat dalam irama pesta kerja di kaki merapi itu. sungguh menakjubkan kekayaan alam bumi indonesia. sungguh melimpah sumber daya energi yang dimiliki negeri ini. tapi mengapa dan mengapa, masih terdapat 40 juta rakyat di negeri ini, hidup merana dalam kemiskinan. mengapa masih ada jutaan anak muda terpaksa hengkang dari desa-desa, lalu tinggal di negeri yang jauh, sekadar mencari nafkah dan terpaksa hidup sebagai babu, jongos bahkan ada juga yang diperlakukan sebagai budak teraniaya. Bukan satu dua cerita tentang pekerja kita yang pulang sudah terbujur kaku di dalam peti mati, akibat dianiaya sang majikan. Menyaksikan insiden itu, mengapa 230 juta penduduk di negeri ini hanya diam membisu? Sudah lenyapkan jiwa nasionalisme dan patriotisme bangsa ini? Sudah hilangkah kepekaan sosial kebangsaan kita? Mengapa terasa makin jauh perjalanan bangsa ini dari cita-cita kemerdekaan yang mendambakan masyarakat sejahtera yang adil makmur dan sentosa? sungguh memilukan hidup di negeri yang kaya alam, namun hanya dinikmati secara rakus oleh tak lebih dari seorang orang pengusaha kapitalis saja. Sungguh ironi, negeri yang didiami 230 juta jiwa ini, justru aset kekayaannya hanya dikontrol oleh segelintir orang saja. negara seperti tidak mampu menyejahterakan rakyatnya. Haluan kebijakan dan strategi pembangunan di negeri ini – sejak era orde baru – telah direduksi untuk kepentingan segelintir para kapitalis. Sementara 40 juta rakyat miskin, hanya diberi harapan mimpi tentang masyarakat sejahtera dan adil makmur. Karenanya kaum revolusioner di seantero negeri harus bangkit bersatu, memutar kembali haluan kebijakan pembangunan kita dari yang selama ini berorientasi pada kapitalisme liberal menjadi kebijakan yang berhaluan sosialitis, dan ini selaras atau sejiwa dengan cita-cita kemerdekaan dulu yang ingin membebaskan negeri ini dari cengkeraman nekolim (neokolinialisme dan neoliberalisme). Kita tahu selama ratusan tahun, kekayaan alam bumi nusantara telah dieksploitasi oleh kolonial eropa (portugis, inggris, belanda). ratusan armada perahu layar yang besar, merapat di pelabuhan nusantara. Mereka berbondong-bondong mengeduk kekayaan alam dan menancapkan hegemoni niaganya melalui berbagai strategi. mereka angkuti rempah-rempah, karet, pala, kelapa sawit, kayu cendana, kayu jati, kekayaan tambang seperti bata bara, nikel dan emas. Itu mereka lakukan selama ratusan tahun, dan bangsa kita yang masih tercerai berai dalam bentuk kerajaan-kerjaan kecil yang tidak terorganisir dengan baik, hanya diadu domba tak berdaya. Praktik adu domba itulah yang kini tetap berlangsung melalui berbagai klausul regulasi undang-undang yang tidak berpihak pada rakyat. Para penguasa tidak mengabdi untuk rakyat, melainkan berkongsi dengan para kapitalis global, diajak duduk manis sambil menyantap hidangan lezat di antara para tamu terhormat, kemudian dininabobokan dalam irama orkestra yang menyajikan nomor-nomor masyhur dari para komponis dunia. 40 juta rakyat miskin hidup merana sepanjang sejarah indonesia merdeka. Mereka tak akan beranjak dari status kemiskinan, selama mereka tidak segera mengorganisir diri menjadi kekuatan revolusioner yang dapat mempengaruhi secara langsung kebijakan pembanganan nasional. Mereka akan selamanya hidup dalam siklus kemiskinan dan sekadar diberi harapan dan janji-janji tentang masyakat sejahtera, yang adil makmur dan sentosa. ayo kawan, teguk wedhang jahe dan nikmatilah nomor musik klasik dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar