Rabu, 21 Oktober 2009

ludwig van beethoven ~ für elise


(komponis legendaruis dari jerman ludwig van beethoven (1770 di bonn, wafat 26 maret 1827 di wina). karya monumentalnya simfoni kelima dan kesembilan, dan juga “für elise” yang masyhur itu...)

..ayo bung, nikmati dulu sruputan secangkir kopi jahe. kini giliran komponis beethoven melantunkan salah satu karya monumentalnya “für elise”. lengkapnya bernama ludwig van beethoven, lahir di bonn (1770-1827). ia komponis musik klasik dari jerman. karya monumentalnya yang lain adalah simfoni kelima dan kesembilan. tatkala “für elise” terdengar, jangan bayangkan gubernur jenderal hindia belanda sedang kongkow dengan kongsi voc-nya. kita hidup pada masa kini, ketika penduduk Indonesia hampir mencapai 225 juta jiwa. jumlah ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun. dari jumlah sebesar itu, dipastikan ada 40 juta rakyat hidup dalam kemiskinan. sementara tidak kurang 3 juta jiwa mengadu nasib di negeri jauh, bekerja sebagai buruh konstruksi, pelayan café, mal , restoran, dan yang terbanyak bekerja sebagai jongos atau babu. irama “für elise” dari beethoven menukik menjadi sendu. nada flute yang pendek-pendek, gesekan biola dan cello mengoyak emosi terdalam. nada haru muncul ketika mengingat bahwa jutaan tki yang menyabung nyawa di negeri orang, ternyata mampu menyetak devisa negara hampir 100 trilyunan. Mengenang para tki yang teraniaya, frustrasi dan harus memiilih solusi bunuh diri, sungguhlah membuat bangsa ini seperti kehilangan martabat dan harga diri sebagai bangsa merdeka yang berdaulat penuh. Dengan nasionalisme yang getir, harus diakui di sini bahwa tki merupakan salah satu soko guru perekonomian bangsa. Dinamika pembangunan di negeri ini, harus diakui bersumber dari cucuran keringat dan pertaruhan nyawa dari para saudara sebangsa yang di antaranya hidup nelangsa di perantauan sana. mereka adalah jutaan tki, yang terpaksa eksodus ke luar negeri, karena dari rezim ke rezim, para penguasa hanya gaduh menggelorakan retorika pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, namun mereka tak berjuang secra revolusioner untuk membuka lapangan kerja baru bagi rakyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar