Jumat, 02 Oktober 2009

perebutan kekuasaan


...tapi agresivitas revosioner pki dibawah ketua central comitee (ketua cc pki) dn aidit, seperti tak terbendung. pki, pada akhirnya, terprovokasi, sehingga tergiur ingin menggapai puncak kekuasaan untuk menyingkirkan (kekuatan) militer (angkatan darat) dan juga pada akhirnya mendongkel posisi bung karno sebagai tokoh sentral di antara kekuatan-kekuatan yang saling berhadapan untuk berebut pengaruh kekuasaan. pada titik krusial inilah, posisi sentral bung karno ditarik oleh berbagai kekuatan yang saling berhadapan secara frontal dan fisikal. pki versus tni (angkatan darat). kisruh dan kekacauan politik pada saat itu, ruwet bagai mengurai benang kusut. hampir tak ada peran rohaniawan (ulama, pendeta, bikhu, dll) atau tokoh individu negarawan yang mestinya berdiri bersama bung karno untuk mencegah akselerasi konfrontasi dan pecahnya tragedi kelabu pada saat itu. bung karno, sejak mendeklarasikan gerakan non-blok bersama tokoh-tokoh penting di kawasan asia-afrika, bung karno selalu memainkan peran penyeimbang di antara dua kekuatan blok besar dunia; namun pada akhirnya, tarik-menarik ini berimbas dan mempengaruhi konstelasi politik di internal bangsa. manuver-manuver intelejen asing (cia), cukup “sukses” mengadu domba kekuatan komponen bangsa. ideologi pancasila seperti tercampakkan tak berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar