Minggu, 07 Februari 2010

bait satu: sajak mantra revolusi


(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)

SAJAK MANTRA REVOLUSI
by arifin brandan ~ copyright@2009 ~ twitter:: aruscitra@yahoo.com ~ blog revolusioner> http://www.aruscitra.blogspot.com
_________________________________________________________

(1)
hur hursah revolusi! ini mantra revolusioner, ditulis bagi kaum muda di seantero negeri, yang berjiwa ksatria patriotik, yang tak pernah gentar mengawal ibu pertiwi, yang senantiasa siap sedia meninju nekolim dan neolib, yang senantiasa siap jadi martir untuk membela rakyat jelata teraniaya. bila ibu pertiwi sedang masygul bercucur air mata, tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong, dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”

bait dua



(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)


(2)
hur hursah revolusi! ini mantra revolusioner, ditulis bagi kaum jelata kota, juga bagi kaum miskin teraniaya yang sejak merdeka empat lima hanya dapat membayangkan hidup adil makmur dan sejahtera. tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong, dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”

bait tiga


(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)

(3)
hur hursah revolusi! dari hari ke hari, keresahan dan kerusuhan merebak. aparat, pejabat dan rakyat, gontok-gontokan. saling makan memakan. tradisi rukun, silaturahmi rembuk dan welas asih lenyap dari bumi ibu pertiwi. atas nama kebebasan demokrasi, segala persoalan diselesaikan lewat teriakan, makian, umpatan, bahkan amukan anarkhis. ini semua akibat pusaran gelombang mabuk gaya hidup borjuasi kapitalis neoliberal hedonistis. tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong,
dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”

bait empat


(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)


(4)
hur hursah revolusi! pranata sosial bangsa remuk redam. hukum jadi mustahil ditegakkan. keadilan adalah absurditas yang mewah. rakyat bingung dan pontang-panting kehilangan pemimpin. dan pemimpin kehilangan tongkat keteladanannya. hari esok ibu pertiwi seperti terghempas dalam lorong gelap panjang. jutaan anak bangsa eksodus dari tanah yang subur, bertahan hidup menjadi kuli kasar, dan sedikit yang beruntung jadi kacung, jongos, babu, tapi lebih sering dianiaya bagai budak tanpa harga diri. ratusan anak bangsa terpaksa pulang dalam peti mati. air mata ibu pertiwi tak terperi. arwah para martir pejuang proklamasi, meradang hingga kini. bangsa sebesar ini, bagai barisan bebek liar dan kerbau letoy yang selalu dicucuk hidungnya. tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong, dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”

bait lima


(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)

(5)
hur hursah revolusi! perekonomian rakyat tinggal slogan kampanye. para pejabat mengelola duit rakyat seperti layaknya membelanjakan duitnya sendiri. di balik kerahasiaan bank, para pejabatnya bermain petak umpet seperti udang di balik batu.
kejahatan busuk dibungkus gincu undang-undang. aparat dan pejabat pandai bermain lidah untuk menjilat sekaligus bersilat lidah. rakyat jelata terlunta-lunta. anak-anak kehiulangan harapan masa depan yang gemilang, jutaan sarjana teronggok tak berdaya guna. jutaan petani kehilangan lahan garapan, menjual ternak sapi, kerbau dan kambingnya sebagai bekal anak tki-nya yang berangkat ke negeri jauh, mengetuk pintu-pintu rumah bangsa asing, terbungkuk-bungkuk agar dipekerjakan sebagai kacung, jongos, babu, dan harus bersedia dianiaya bagai budak kolonialis. tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong, dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”

bait enam


(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)

(6)
hur hursah revolusi! ibu pertiwi menitikkan air mata historisnya. nkri kini mulai menjelma bagai habitus negeri kebun binatang. lihatlah, tikus-tikus menyusupi kantor aparat, pejabat, gedung parlemen, bahkan juga mendekam di kawasan istana. amboi, lihatlah hewan populis dan eksotis ini: cicak, buaya, ayam, bunglon, kadal, gurita, kerbau, kambing hitam, ular, nyamuk, celeng, anjing, dan bangsat!! tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong, dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”

bait tujuh



(sajak mantra revolusi, karya arifin brandan ~ copyright@2010 ~ aruscitra@yahoo.com)

(7)
hur hursah revolusi! apatisisme sosial merebak. aparat, pejabat dan birokrat hanya sibuk membentengi keamanan diri dan kroni-kroninya. sibuk berdebat penting dan tidaknya mengganti mobil tunggangan menteri, renovasi sangkar anggota parlemen, renovasi pagar kerangkeng istana, standar kelayakan gaji pejabat, sementara ratusan juta rakyat hanya dibius dengan iming-iming menuju cita-cita proklamasi kemerdekaan menjadi masyarakat adil sejahtera, makmur sentosa kerta raharja. ratusan tahun silam, kolonialis eropa berduyung-duyun berlabuh di dermaga yang ramai, mengeruk dan mengangkuti kekayaan sumber daya alam eksotis negeri ibu pertiwi yang gemah ripah loh jinawi, untaian permata jambrut katulistiwa, pesona asia ratna mutu manikam, namun mengapa kini ibu pertiwi tersungkur pilu mewarisi utang negara yang menggunung, jutaan anak bangsa lari lintang pukang mencari makan di negeri orang. pesan revolusioner bung karno, sang bapak bangsa seperti tak bergema, “lebih baik hujan batu di negeri sendiri, daripada hujan emas di negeri orang..” wahai ratusan juta anak bangsa yang tak berdaya, tiupkan mantra penyembuh, mantra revolusioner: “sir sir pong dele gosong, dudu sanak dudu kadang, yen mati melo kelangan. sir sir pong, cuah! sebrat singkir kapitalis. sebrat sungkur neolib, sebrat ganyang nekolim. cuah..cuahhhh!”



(dari padepokan sunyi di kaki merapi, medio 2010)