Selasa, 15 Mei 2012

tentang pemodelan: sistem kekhalifahan dan demokrasi




salam revolusi! kini muncul satu gejala dengan mengkomparasikan pemodelan sistem pemerintahan antara:  khilafah dan demokrasi. perlu dicatat di sini, sejarah nusantara sudah berlangsung ribuan tahun. para ahli antropologis menyebutkan, bahwa bumi nusantara ini diperkirakan sudah didiami oleh manusia sekitar 2.500 tahunan yang lampau. bahkan di dalam kitab klasik ramayana, disebutkan adanya teritori wilayah yang disebut sebagai swarna jaya dwipa (atau tanah emas). di sini kita dapat menganilis bahwa, pastilah selama proses waktu yang panjang itu, secara komunal, para leluhur bangsa ini hidup mendiami tanah nusantara ini. dan pastilah mereka saling berinterakasi, membangun kontrak sosial dalam komunitas-komunitas kecil, yang pada proses selanjutnya terbentuklah apa yang kita sebut sebagai kultur sosial, yang kemudian secara filosofis dapat digali kembali oleh bung karno, dan lalu diformulasikan sebagai ideologi atau dasar negara yakni: pancasila.

dengan demikian, pancasila merupakan kristalisasi dari otentisitas nilai budaya bangsa (indonesia). pancasila adalah filosofi pandangan hidup bangsa atau jalan hidup (way of life), tapi sekaligus juga, dan ini unieknya,  menjadi sumber acuan dari pemodelan demokrasi (khas) indonesia itu sendiri. dan kemudian, bila kita membandingkan dengan sistem pemodelan kehalifahan, perlu diingat di sini, sejatinya pada kurun masa kerajaan islam demak, yakni pada era rezim raden patah yang ditopang oleh hegemoni (politik) walisongo dan sistem pemerintahan yang bersendikan (syariah) islam, pernah diterapkan (sistem) pemerintahan kekhalifahan. dan terbukti, sistem pemodelan kekhalifahan ala raden patah ini tidak mampu mengatasi zaman. kerajaan islam demak, pada akhirnya surut. ini bisa terjadi, karena sosio-kultur masyarakat jawa selama ribuan tahun dibentuk oleh warisan nilai hinduisme. dan sistem kekhalifahan tidak mampu mencair atau diadopsi oleh tatanan sosial masyarakat pribumi jawa yang selama ribuan tahun mengakar pada hinduisme. dapat dipahami kini, mengapa sunan kalijaga merancang strategi syiar dakwah  (islamiyah)-nya melalui konsep sinkretisme media wayang.  islam yang berkembang di jawa pun, tak sepenuhnya merupakan islam dengan kultur kearab-araban, melainkan islam yang di sana-sininya masih kental dengan adonan budaya hindu (jawa).

karenanya sistem pemodelan pemerintahan yang bersendikan demokrasi (pancasila), jauh bisa diterima oleh masyarakat ketimbang sistem pmerintahan dengan model kekhalifahan. dari sini dapat ditarik premis kesimpulan, bahwanya membangun suatu sistem pemodelan kekhalifahan di indonesia dapat dikatakan sulit berkembang, atau mustahil dapat diimplementasikan. secara kultural, akan terjadi penolakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar