salam
revolusi! kini muncul satu gejala dengan mengkomparasikan pemodelan sistem pemerintahan
antara: khilafah dan demokrasi. perlu dicatat di sini, sejarah nusantara
sudah berlangsung ribuan tahun. para ahli antropologis menyebutkan, bahwa bumi
nusantara ini diperkirakan sudah didiami oleh manusia sekitar 2.500 tahunan
yang lampau. bahkan di dalam kitab klasik ramayana, disebutkan adanya teritori
wilayah yang disebut sebagai swarna jaya dwipa (atau tanah emas). di sini kita dapat
menganilis bahwa, pastilah selama proses waktu yang panjang itu, secara komunal,
para leluhur bangsa ini hidup mendiami tanah nusantara ini. dan pastilah mereka
saling berinterakasi, membangun kontrak sosial dalam komunitas-komunitas kecil,
yang pada proses selanjutnya terbentuklah apa yang kita sebut sebagai kultur
sosial, yang kemudian secara filosofis dapat digali kembali oleh bung karno,
dan lalu diformulasikan sebagai ideologi atau dasar negara yakni: pancasila.
dengan
demikian, pancasila merupakan kristalisasi dari otentisitas nilai budaya bangsa
(indonesia). pancasila adalah filosofi pandangan hidup bangsa atau jalan hidup (way of
life), tapi sekaligus juga, dan ini unieknya, menjadi sumber acuan dari pemodelan demokrasi (khas)
indonesia itu sendiri. dan kemudian, bila kita membandingkan dengan sistem pemodelan kehalifahan,
perlu diingat di sini, sejatinya pada kurun masa kerajaan islam demak, yakni pada era
rezim raden patah yang ditopang oleh hegemoni (politik) walisongo dan sistem
pemerintahan yang bersendikan (syariah) islam, pernah diterapkan (sistem) pemerintahan
kekhalifahan. dan terbukti, sistem pemodelan kekhalifahan ala raden patah ini
tidak mampu mengatasi zaman. kerajaan islam demak, pada akhirnya surut. ini bisa terjadi, karena
sosio-kultur masyarakat jawa selama ribuan tahun dibentuk oleh warisan nilai
hinduisme. dan sistem kekhalifahan tidak mampu mencair atau diadopsi oleh tatanan
sosial masyarakat pribumi jawa yang selama ribuan tahun mengakar pada hinduisme.
dapat dipahami kini, mengapa sunan kalijaga merancang strategi syiar dakwah (islamiyah)-nya melalui konsep sinkretisme media
wayang. islam yang berkembang di jawa
pun, tak sepenuhnya merupakan islam dengan kultur kearab-araban, melainkan
islam yang di sana-sininya masih kental dengan adonan budaya hindu (jawa).
karenanya
sistem pemodelan pemerintahan yang bersendikan demokrasi (pancasila), jauh bisa
diterima oleh masyarakat ketimbang sistem pmerintahan dengan model
kekhalifahan. dari sini dapat ditarik premis kesimpulan, bahwanya membangun
suatu sistem pemodelan kekhalifahan di indonesia dapat dikatakan sulit
berkembang, atau mustahil dapat diimplementasikan. secara kultural, akan
terjadi penolakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar