Senin, 14 Mei 2012

bersihkan indonesia dari sarang mafioso



salam revolusi! banyak indikator yang menegaskan bahwa rezim pemerintahan saat ini tak efektif dan tak becus dalam menggerakkan roda pemerintahan. dalam beberapa tahun terakhir, banyak para pejabat atau aparatur negara, anggota parlemen, birokrat yang terjerat berbagai kasus korupsi, kolusi, manipulasi dan nepotisme. kini negara dalam ancaman bahaya. kemiskinan dan pengangguran tak tuntas teratasi dengan baik. kesenjangan sosial kaya miskin semakin lebar. stabilitas politik dan kemanan mulai terganggu. embrio disintegrasi bangsa terjadi di berbagai daerah. karenanya, bangsa ini perlu segera menyokong momentum perubahan besar dan mendasar di negeri ini. itu tiada lain adalah revolusi zonder kompromi.

kini soalnya, bagaimana kita membangun aliansi gerakan perubahan ini agar benar-benar sinergis, konsolidatif, menjadi kekuatan revolusioner yang benar-benar riil dan dapat diandalkan mendorong agenda perubahan besar dan mendasar. satu hal penting yang perlu dicatat, kita begitu peduli dan amat mencintai negeri ini. dan harus diingat bahwa medan perjuangan untuk mengekspresikan kecintaan kita pada tanah air ini, tidak mutlak harus diperjuangkan melalui jalur aspirasi kepartaian, apalagi puluhan "peternakan" parpol saat ini sejatinya adalah representasi dari demokrasi abal-abal yang keblinger. perhatikan platform partai yang ada saat ini, mereka mirip-mirip saja, tapi mereka memanfaatkan habitat demokrasi yang sedang tumbuh mekar saat ini untuk mencari peruntungan nasib, dan partai bukan lagi sebagai media perjuangan untuk mencapai kesejahteraan umum dan kemakmuran bersama, melainkan demi kesejahteraan dan kemakmuran para elit parpol yang perlente, petantang petenteng itu.

para elit partai telah mengatasnamakan aspirasi rakyat dan mereka menjual aspirasi rakyat untuk memperkaya diri mereka sendiri, dan tidak mau peduli pada kesusahan dan penderitaan rakyat miskin. lihat dan catat, apa reaksi parpol ketika disadari bahwa hampir 3 tahun terakhir ini didapati ribuan tki/tkw yang mati sia-sia karena mereka terpaksa ekosdus mencari makan di negeri orang, mengetuk ketuk pintu rumah asing, menadahkan tangan untuk minta dipekerjakan sebagai kacung, jongos, babu dan harus siap sedia diperlakukan bak budak teraniaya. para anggota parlemen yang tampaknya tampil necis terhormat itu, justru memperlihatkan kontes performa selebritis, tidak menampilkan sosok pejuang rakyat yang berkeringat. mereka adalah wakil rakyat yang manipulatif, tidak merepresentasikan diri sebagai wakil rakyat sejati. renungi pula timbunan 1001 kasus mafia pajak, mafia peradilan, mafia hukum, mafia anggaran, mafia proyek. kita laksana hidup di sarang mafioso, sehingga para cecunguk mafia itu dapat leluasa mengendalikan hajat hidup rakyat banyak.

lantas, di mana suara elit parpol? lantas di mana peran rezim pemerintah dalam mengayomi rakyat? lantas di mana aparat penegak hukum yang mestinya siang malam menjaga pilar keadilan? mereka layu lumpuh. tak berdaya mengendalikan keadaan. mereka hidup di tengah himpitan sistem yang kapitalistik, individualistik, materialistik dan hedonistik. apakah “peternakan” parpol abal-abal itu akan mampu membebaskan negeri ini dari hegemoni para mafioso yang gentayangan di negeri ini? sungguh konyol bila rakyat masih menggantungkan harapan pada model demokrasi liberal mulktipartai yang oreinetasi perjuangannya nyata-nyata menghamba pada kekuasaan (an sich), uang serta proyek demi memperkaya diri sendiri dan elit parpolnya. rakyat harus insaf politik bahwa ia sejatinya hidup diu tengah pusaran sistem kehidupan berbangsa dan bernegara yang busuk, boborok, tak efektif dan dan tak efisien ini.




realitas demokrasi liberal saat ini makin menegaskan performa parpol yang peran dan fungsinya laksana angkot omprengan yang ngetem di sembarang tempat. peran parpol bak kendaraan angkot yang sibuk memburu setoran dana kampanye sekaligus berebut tumpangan caleg, cagub, cawakot dan capati bahkan capres untuk cepat-cepat diantarkan ke kursi jabatannya, asalkan si “penumpang” bersedia setor ongkos politik sesuai tarif negosiasinya. rakyat hidup di tengah kegilaan sistem demokrasi seperti ini. sungguh konyol keblinger menyaksikan jalannya demokrasi seperti ini. karenanya, rakyat perlu insaf politik dan bertindak secara lebih revolusioner dmei mengubah keadaan yang awut-awutan begini. akal sehat harusditegakkan, kebenaran harus terus disuarakan, hati nurani harus dipendarkan. jiwa revolusioner di kalangan kaum muda bangsa harus digelorakan. antara cita cita kemerdekaan, harapan dan realitas sosial seperti gak nyambung. cita-cita kemerdekaan tertuang dalam uud 1945 yang jiwa dan nafasnya bermuatan nilai-nilai keadilan sosial untuk mencapai kesejahteraan umum, kemakmuran dan kesontosaan.

kini, harapan rakyat pupus, karena implementasi uud 1945 tak sungguh-sungguh pro-rakyat, dan hanya memihakpada segerombolan kecil kaum pemilik modal alias kapitalis borjuasi, baik itu bangsa asing atau antek-antek investor asing. sementara bahaya latent korupsi, kolusi, manipulasi dan nepotisme sudah sejak lama menggeroti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. landasan ideologi pancasila, benar-benar rapuh. produk komoditas pangan dan pertanian beras diimpor dari luar negeri, sementara subsidi diberbagai sektor kehidupan rakyat mulai dikurangi atu dibatasi; sehingga dengan sendirinya beban kehidupan rakyat semakin berat. sementara komplotan parpol di senayan mulai kasak-kusuk mengatur manipulasi aneka proyek untuk kepentingan dana kampanye pemilu parpolnya. banyak praktek kegiatan terselubung perampokan uang rakyat. inilah gambaran buruk jalannya demokrasi politik di negeri ini. masa depan negara republik indonesia, benar-benar dalam bahaya!

di tengah kegaduhan inilah, jutaan rakyat miskin jelata yang tinggal di desa-desa atau hidup berumah kardus di sepanjang rel, kolong jembatan tol, bantaran sungai yang airnya keruh, menantikan datangnya “keajaiban” uluran tangan tulus dari sang pemimpinnya untuk mengentaskan penderitaan kemiskinan sosial akut. harapan seperti itu, di tengah kekacauan nilai-nilai seperti saat ini, laksana sebongkah mimpi di siang bolong. Artinya, mustahil ada pemimpin yan g serisu mengabdi untuk rakyat, bangsa dan negaranya. Semua pejabat negara (pusat dan daerah), birokrat, elit parpol abal-abal hingga ke aparat penegak hukum, tidak memiliki integritas pengabdian yan g benar-benar optimal. Mereka kini berada di tengah kekacauan sistem berlandaskan kapitalisme neoliberalisme, dan mereka tak mampu keluar dari sistem yang meraksasa seperti itu. lantas bagaimana sikap dan tindakan rakyat untuk menjebol sistem yang kacau seperti saat ini? tak ada solusi yang revolusioner, kecuali bangsa ini harus berani mengambil satu jalan terjal yang tersisa yakni: revolusi zonder kompromi. pekik satu yel yang kompak serempak rancak penuh gerak dan sorak: pemilu no, revolusi pancen oh yes!

kembalilah ke jalan lurus sosialis pancasila, bukan yang lain. karenanya kita perlu membangkitkan kembali elan jiwa juang nasionalisme dan patriotisme bangsa, dan jangan pernah bimbang dan ragu untuk berteriak lantang menyuarakan perlunya perubahan besar dan mendasar di negeri ini, dan itu artinya harus menempuh jalan revolusi, iya revolusi sosial, iya revolusi zonder kompromi, meninggalkan jalan sesat kapitalis neoliberal di segala bidang kehidupan, dan kembali ke jalan lurus sosialis pancasila yang bersendikan keadilan sosial dan gotong royong. hanya melalui satu jalan itulah, bangsa indonesia akan kembali menemukan jati dirinya, akan kembali merekonstruksi karakter bangsa yang remuk redam, akan kembali menemukan pencerahan baru, akan kembali menemukan obor nasionalisme dan patriotisme bangsa yang kini memudar dan lumpuh layu, akan kembali menemukan cita-cita lama kemerdekaanya yakni: mencapai masyarakat sejahtera, makmur, sentosa dan bahagia bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar