Rabu, 16 Mei 2012

poros haluan sosialis pancasila




salam revolusi! saudara sekandung negeri, keluarga besar republik indonesia yang majemuk. eksistensi negara republik indonesia, memang tidak sekonyong-konyong jatuh dari langit, melainkan berproses dan memiliki keterkaitan historis dengan perjuangan bangsa pada masa lalu. di dalam perjalanan sejarah bangsa, terdapat spektrum perjuangan heroik seperti “perang jawa” dengan figur sentralnya pangeran diponegoro (1825-1830); lalu di aceh ada episode perjuangan tjoet nyak dien, juga di sumatera barat terdapat episode perjuangan imam bonjol, ngurah rai di bali, pattimura di ambon, pangeran samber nyowo di solo, fatahilah di jakarta, dst. rangkaian perjuangan gigih itu, pastilah berdarah-darah, tak mudah, dan sudah tentu menuntut pengorbanan jiwa raga serta harta benda. 

pada bagian lain dari perjalanan sejarah pra-kemerdekaan, kita pun menandai semacam periodesasi dalam pergerakan kebangsaan misal pergerakan “boedi oetomo” (1908), dan selang 20 tahun kemudian muncul momentum  “soempah pemoeda” (1928); dan selang 20 setelah itu barulah dicapai momentum proklamasi kemerdekaan tahun 1945, tapi 20 tahun kemudian muncul momentum peristiwa kelabu g-30-s (1965), kejatuhan rezim revolusioner bung karno, dan naiknya rezim militeristik soeharto yang kemudian dicatat sebagai  rezim otoriter represif dan korup. butuh selang waktu 32 tahun, sebelum akhirnya rezim ini pun lengser keprabon. dari sini dapat ditandai bahwa perjalanan sejarah bangsa ini, seperti diikat oleh siklus periodesasi yang menandai perubahan-perubahan penting atau signifikan sepanjang rentang waktu 20 tahunan.

tapi harus dicatat di sini, bahwa perjalanan bangsa ini, menemukan momentum emasnya pada masa era generasi soekarno-hatta yang sarat dengan romantisme heroik dan patriotik dalam   membebaskan diri dari belenggu kolonial yang mencengkeram hampir lebih dari 5 generasi. terdapat loncatan revolusioner yang begitu mengagumkan atau gilang-gemilang, baik itu dalam aspek konsepsi pemikiran ideologis politik yang bersifat personal, sikap mental kebangsaan yang bersifat komunal, kesadaran tertinggi spiritualitas nasionalisme, maupun kematangan karakter manusianya sebagai komunitas bangsa. dapat dikatakan masa rentang waktu antara tahun 1945 hingga tahun 1955, merupakan puncak kegemilangan indonesia sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam arti yang sesungguhnya. karena setelah melewati masa periode itu, bangsa indonesia kembali dihadapkan pada realitas yang amat getir: tercabik-cabik dalam pusaran konflik ideologis pada tahun 1965, disusul dengan sikapnya yang terburu-buru dalam menata strategi kebijakan pembangunan fisik dengan mengabaikan pembangunan demokrasi politik. 

dan menandai dimulainya strategi pembangunan fisik pada tahun 1970-an, rezim militeristik soeharto dengan landasan konsepsi dwi fungsi abri-nya, membuka kebijakan yang cenderung liberal di bidang ekonomi  maupun pengelolaan kekayaan sumber daya alam. ekses dari kebijakan yang tak terkontrol itu, akhirnya indonesia kembali “dikuasai”  oleh bangsa asing. tak cuma itu, indonesia pun tersedot dalam pusaran arus besar kapitalisme neoliberal global. secara de facto, indonesia kembali dijajah atau terjajah, baik itu dibidang ekonomi, politik serta lambat-laun mulai kehilangan jati diri karakter budayanya.
   
dalam konteks ini, bangsa ini perlu segera menyadari posisinya, dan mengatur kembali barisan perjuangan patriotiknya untuk membebaskan diri dari belenggu hegemoni asing, baik itu di bidang ekonomi, politik dan budaya. pada batas ini, kita terngiang seruan historis bung karno tentang apa yang dinamakan sebagai trisakti: berdaulat secara politik, ekonomi, dan memiliki karakter kokoh dalam budaya. karena itu, bangsa ini tak boleh lengah. diperlukan keberanian bersama untuk mendorong momentum perubahan besar dan mendasar, atau dengan kata lain adalah revolusi sosial yang bertujuan memutar poros haluan kebudayaan dari sumbu kapitalisme neoliberalisme ke poros asalnya yakni sosialis pancasila. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar