Selasa, 15 Mei 2012

seputar parpol abal-abal




salam revolusi! saudara sekandung negeri keluarga besar republik indonesia yang majemuk.  dari terawangan metafisis seorang yang memiliki mata batin tajam, disebutkan bahwa belum sampai tahun 2014, katanya akan terjadi gonjang ganjing sosial. dan katanya lagi, pada titik brubuh tertentu, rezim pemerintah saat ini, akhirnya akan lengser teguling. dan kemudian, akan terjadi transisi peralihan kekuasaan. fantastis! tapi sebaiknya, kita tak perlu hanyut larut dengan fantasi konstruksi  terawangan seperti itu. kita perlu mendisiplinkan diri dan berpijak pada landasan rasionalitas akal sehat. bahwa kita melihat begitu banyak indikator sosial yang mengisyaratkan bahwa rezim pemerintah saat ini, dalam kondisi lemah dan tak efektif dalam bekerja, itu memang benar. dan konsekuensi logis dari situasi ini adalah, kemungkinan lengsernya rezim pemerintah saat ini  sebelum tiba di garis finish masa pemerintahannya.


kita saksikan begitu banyak kasus mafioso menjerat pemerintahan ini. untuk mencapai indonesia jaya makmur, diperlukan loncatan jauh ke depan, dan itu harus dimulai dengan mendorong momentum perubahan besar dan mendasar di negeri ini, yang tiada lain adalah revolusi zonder kompromi. kini soalnya, bagaimana kita membangun aliansi gerakan perubahan ini agar benar-benar sinergis, konsolidatif, menjadi kekuatan revolusioner yang riil demi mendorong agenda perubahan strukturalnya. 


satu hal penting perlu dicatat dan direnungkan, bahwa performa demokrasi politik saat ini tak lebih merupakan ajang wahana "peternakan" parpol dengan platform ideologi politik yang hampir mirip semua. para elit parpol abal-abal rata-rata bermental oportunistik, senantiasa mencari kesempatan demi menangguk keuntungan finansial pribadinya atau untuk internal parpolnya saja. parpol bukan lagi sebagai perpanjangan tangan dari amanat penderitaan rakyat, yang gigih berjuang dengan integritas tinggi mewujudkan cita-cita kesejahteraan umum serta kemakmuran bersama.


para elit parpaol abal-abal telah mengatasnamakan aspirasi rakyat dan mereka menjual aspirasi rakyat untuk memperkaya diri mereka sendiri, dan tidak mau peduli pada kesusahan dan penderitaan rakyat miskin. lihat dan catat, apa reaksi parpol ketika disadari bahwa hampir 3 tahun terakhir ini didapati ribuan tki/tkw yang mati sia-sia karena mereka terpaksa ekosdus mencari makan di negeri orang, mengetuk ketuk pintu rumah asing, menadahkan tangan untuk minta dipekerjakan sebagai kacung, jongos, babu dan harus siap sedia diperlakukan bak budak teraniaya. para anggota parlemen yang tampaknya tampil necis terhormat dengan aroma parfumnya yang menyeruak dari tubuhnya, justru memperlihatkan kontes performa selebritis, dan tidak menampilkan sosok wakil rakyat yang berkeringat karena berjuang. mereka adalah komunitas wakil rakyat yang semu, tidak merepresentasikan sebagai wakil rakyat yang sejati.


mari kita renungkan lebih cermat dan seksama lagi akan timbunan 1001 kasus antara lain: mafia pajak, mafia peradilan, mafia hukum, mafia anggaran, mafia proyek tender. tentu kita tidak sedang mengandaikan sedang hidup di negeri mafioso, sehingga para mafia leluasa dan pongah bergentayangan mengendalikan hajat hidup rakyat banyak. lantas, di manakah suara elit parpol melihat realitas kehidupan yang amat menyedihkan saat ini, di manakah suara rezim pemerintah yang sejatinya harus mengayomi kehidupan rakyat banyak, di manakah aparat keamanan dan aparat penegak hukum yang mestinya siang dan malam menjaga pilar keadilan sosial? dan tampaknya, mereka layu lumpuh, tak berdaya lagi untuk mengatasi dan mengendalikan keadaan. mereka hidup di tengah himpitan sistem sosial yang kapitalistik, individualistik, materialistik dan hedonistik. apakah puluhan peternakan parpol abal-abal itu akan mampu membebaskan negeri ini dari hegemoni para mafioso berjas dan berdasi tengik itu? sungguh konyol nasib rakyat bila mereka menaruh harapan pada iklim demokrasi yang amat tidak kondusif memperjuangkan kesejahteraan umum dan kemakmuran bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar