Selasa, 28 Juli 2009

dirgahayu ri ke-64



salam revolusi!
beberapa pekan ke depan, kita peringati momentum hari kemerdekaan ri yang ke 64. belumsampai satu abad, nkri berdiri, berdaulat atau merdeka. tapi begitu banyak kompleksitas problem bangsa yang membelit saat ini. satu di antaranya, fakta sosial bahwa budaya baca bangsa ini amatlah rendah. masalah ini, sudah lama dikeluhkan. rasanya, apa pun yang kita kerjakan guna meningkatkan kualitas sdm bangsa, akan sia-sia belaka. kultur budaya global yang bercirikan kapitalisme, materialisme, hedonisme, pragmatisme sudah mengakar kuat dan juga membelit kondisi sosial bangsa, terutamanya di lingkungan masyarakat perkotaan yang padat dan kumuh.

dan bangsa ini seperti tak punya pilihan lain. saat ini saja, indonesia sudah disodori pinjaman utang senilai 300 trilyunan. dari rezim ke rezim, utang indoensia makin menggunung. para elit politik hanya gentayangan di jakarta, dan baru tersentak setelah bom mengguncang jakarta. kesenjangan sosial makin menganga. bayi-bayi di pelosok desa miskin mengalami busung lapar karena terlalu lama makin nasi aking. petani menjual sawah dan sapinya untuk membiayai anak-anaknya ke luar negeri untuk bisa sekadar bekerja jadi jongos atau babu. bangsa ini bergerak makin jauh dari cita-cita kemerdekaan. renungkan kembali kesahajaan sosok pangsar sudirman yang ringkih, namun gigih berjuang meski harus ditandu, masuk keluar hutan, mempertaruhkan nyawa. jutaan pejuang meregang nyawa dengan slogan syahid revolusionernya, "merdeka atau mati." tapi kini kaum muda perkotaan, berduyun-duyun masuk keluar mal dan cafe, untuk proses indoktrinasi gaya hidup global kapitalistis. proses westernisasi terjadi begitu intens dan masif.

karenanya, perlu solusi untuk perubahan besar secara revolusioner, mengubah radikal gaya hidup bangsa. mentalitas bangsa harus digembleng dalam tradisi kedisiplinan dan kepatuhan pada hukum. mengubah pola gaya hidup bangsa, dari satu tradisi budaya konsumtif menjadi budaya bangsa yang kreatif dan produktif. satu hal penting lagi, bangsa ini perlu keberanian untuk mememindah ibukota negara dari metropolis jakarta ke kawasan kota pesisir cirebon atau kota tua purwokerto. jakarta sudah tidak kondusif lagi untuk basis ibukota dari sebuah negara maritim terbesar di dunia, atau dari sebuah negara agraris yang tergolong luas lahan pertaniannya. dan untuk mencapai agenda besar perubahan bangsa, penting di sini menumbuhkan penyadaran kaum muda terpelajar yang masih memiliki reserve jiwa idealisme, nasionalisme dan patriotisme bangsa. kaum muda perlu menyegarkan kembali nilai-nilai kebangsaan yang mengakar pada sejarah perjuangan bangsa, dan menempa karakter, moral dan ketangguhan mentalnya agar benar-benar siap menjemput masa depan yang sarat dengan kepentingan persaingan global yang kompetitif, liberalis dan kanibalistis. karena itu, kaum muda saat ini perlu segera mendorong perubahan besar di negeri ini. perlu mengambil spirit revolusi 45 yang mencerminkan karakteristik watak sebagai bangsa pejuang, bangsa yang gigih melawan kolonialisme dan imperialisme. inilah artikulasi dari dialetika revolusi yang dinamis, romantik dan visioner.

menghadapi tantangan dan gejolak globalisme saat ini dan masa depan, diperlukan generasi muda dengan ketangguhan moral dan kekuatan karakter yang nasionalistik, ideologis dan patriotik. tanpa ketangguhan moral dan kekuatan karakter, maka bangsa ini akan terombang-ambing dalam pusaran gelombang globalisme dan akan segera tercerabut dari akar-akar kebudayaannya sendiri. inilah yang hakikatnya menjadi ancaman sangat serius bagi bangsa saat ini. apalagi kondisi sekarang ini sedang mengalami dekadensi moral yang luar biasa. banyak kebobrokan moral dalam kehidupan nyata sehari-hari. tangung jawab sosial rendah. wawasan dan kohesi kebangsaan melemah. kebanggaan menjadi warga negara indonesia, hanya sebatas pada kartu identitas ktp saja. peran negara dalam kehidupan riil, antara ada dan tiada. sayup-sayup. begitu banyak masalah yang menghimpit bangsa, sehingga energi bangsa terkuras, sehingga tak punya reserve untuk kontemplasi, refleksi dan merancang visi masa depan bangsa yang terintegrasi dan juga mengakar pada nilai-nilai kebudayaan bangsa. di tengah galaunya situasi dan kondisi inilah, bangsa ini perlu segera cepat kembali ke jalan lurus revolusi 45, sumber rujukan energi nilai idealisme, dan sumber kristalisasi nasionalisme dan patriotisme bangsa. dari sanalah kita akan menghirup kembali "oksigen" nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa, dan menggembleng kembali jiwa ideologi pancasila, dan menyerap visi kebangsaan untuk mengahadapi proyeksi dan interaksi tantangan masa depan yang pastinya akan sengit kompetitif. langkah berani untuk kembali ke jalan revolusi 45, dan meninggalkan gaya hidup global yang kapitalistis dan hedonistis, merupakan keputusan sejarah yang amat penting dan harus diambil oleh bangsa ini. karena hanya itulah satu-satunya solusi terbaik agar eksistensi nkri sebagai sebuah entitas bangsa dan negara, tetap terjaga kejayaannya.

sebaliknya, bila bangsa ini tak segera kembali ke jalan revolusi 45, maka dapat dipastikan bangsa ini akan terhuyung-huyung limbung dan secara akseleratif akan mendekati bibir jurang kebangkrutan dan keruntuhannya. inilah yang dulu terjadi dan menimpa adidaya uni soviet dan juga mengoyak balkan yugoslavia. uni soviet dengan konsep glasnots dan perestroika-nya sesungguhnya merupakan jalan penyelamatan yang sudah sangat terlambat. ibarat kapal titanic, yang sia-sia mengubah navigasi kemudi, karena bukit es sekonyong-konyong menghadang di depan mata. analogi ini amat penting
untuk direnungkan di hari-hari ini, dan ini bertepatan momentumnya dengan dirgahayu ri yang ke-64. dan tanpa kembali ke jalan revolusi, sulit membayangkan bangsa ini dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaanya seperti yang didambakan oleh pendiri negara. jadi hanya satu tekad, satu gerakan moral untuk perubahan besar dan loncatan jauh ke depan yakni melalui jalan: revolusi! semoga alloh subhana wata'ala meridhoi bangsa dan negara ini. jayalah bangsaku, jayalah negeriku: indonesia raya!

(mas ab, dari padepokan sunyi di kaki merapi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar