Rabu, 29 Juli 2009

refleksi hari kemerdekaan ri ke-64


http://aruscitra.blogspot.com ~ facebook:: aruscitra@yahoo.com

salam revolusi, dirgahayu ri ke-64, merdeka! belum sampai satu abad indonesia merdeka. namun, problem kebangsaan yang dihadapi indonesia, ternyata amat kompleks dan mendasar. bila dirunut, semua masalah bermuara pada pudarnya rasa kebangsaan, rasa nasionalisme dan patriotisme. bila tak segera diatasi secara revolusioner, maka akumulasi dan komplikasi berbagai masalah kebangsaan ini akan menggoyahkan fundamental idelogi pancasila dan konstitusi uud 1945, yang klimaksnya akan meruntuhkan kedaulatan nkri sebagai bangsa yang merdeka. buyar sudah segala impian yang dicita-citakan oleh generasi pertama pendiri negara ini.

berbagai problem bangsa yang mendesak dilakukan saat ini adalah, mengokohkan kembali rasa nasionalisme dan patriotisme dalam dada kaum muda, kaum cendekia, kaum birokrat, kaum rohaniawan, berbagai komponen bangsa lainnya seperti di institusi tni dan kepolisian. kesenjangan sosial antara miskin dan kaya yang menganga lebar, jelas memerlukan terobosan strategi yang revolusioner untuk mengatasi semua problem kebangsaan saat ini. tak cukup dengan himbauan atau tindakan keteladanan, tapi harus ada kemauan politik untuk mengamalkan atau mengimpelementasikan nilai-nilai luhur ideologi pancasila dan konstitusi uud 1945. inilah refleksi revolusioner dalam rangka menyambut hari kemerdekaan ri ke 64.

beberapa waktu lalu, muncul ketegangan dalam insiden ambalat. jauh sebelum itu, bangsa ini seperti tak berdaya dengan dicaploknya sipadan-ligitan, atau lepasnya timor leste dari tubuh nkri. Ini jelas cerminan dari pudarnya nasionalisme dan patriotisme bangsa. Jadi, zonder langkah revolusioner, tak sampai satu abad nkri akan terancam mengalami proses disintegrasi bangsa. jadi, ayo kita gelorakan terus spirit revolusioner dalam dada kaum muda bangsa ini. Karena spirit revolusioner akan memulihkan stamina nasionalisme dan patriotisme yang loyo.

bangsa ini perlu maju serentak. tak perlu gentar memilih jalan revolusi! karena revolusi akan membalik kondisi jiwa dan mental bangsa yang mulai limbung kehilangan martabat dan kedaulatannya sebagai akibat digerus gaya hidup yang hedonistis, materialistis dan individualistis. revolusi adalah jalan pencerahan baru bagi bangsa ini untuk kembali bangkit mengenali jati diri dan karakter sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka. revolusi akan membuka lembaran sejarah baru bagi bangsa ini untuk kembali mengenali kekuatan kultur budaya sebagai negara agraris sejati. revolusi akan memulihkan kembali stamina nasionalisme dan patriotisme yang loyo.

bangsa ini tak perlu gusar memilih jalan revolusi! karena sejarah mengajarkan pada kita bahwa pudar pupusnya jiwa nasionalisme dan patriotisme di dada kaum muda suatu bangsa, akan melemahkan negara. dan kaum muda kita saat ini, sudah kehilangan nyali nasionalisme dan patriotismenya. mereka tak lagi tangguh untuk berdiri menjadi ujung tombak dari serangan musuh di depan. mengapa negara tak mengambil peran strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan? hanya dengan satu jalan revolusi, bangsa ini akan kembali berada di jalan cita-cita luhur dari para pendiri bangsa.

mana jiwa nasionalisme dan patriotisme kaum muda bangsa ini ketika tahu bahwa kedaulatan teritorial ambalat disusupi negara asing? mana jiwa nasionalisme dan patriotism kaum muda bangsa ini ketika teraneksasinya sipadan dan ligitan. adakah kepedulian nasionalisme dan patriotisme yang menyulut dada kaum muda Indonesia ketika tahu bahwa akhirnya timor leste yang secara psikologis dan kultural merupakan bagian dari nkri, lepas melalui strategi referendum yang ceroboh? kaum muda kini kehilangan taring nasionalisme dan kehilangan aum patriotismenya. dan negara seperti tak berdaya membangun jiwa nasionalisme dan patriotisme rakyatnya.

bangsa ini tak perlu risau memilih jalan revolusi! jangan lupakan masa kelam sejarah bangsa ini, tatkala nusantara masih bertabur kerajaan-kerajaan kecil yang lemah. lalu ekspedisi pelayaran niaga dari kolonial voc (belanda) meramaikan pelabuhan niaga di jantung-jantung kerajaan kecil. untuk memperluas referensi sejarah, dikutipkan di sini literatur yang bersumber dari wikipedia mengenai sejarah voc. sedangkan koleksi foto diunduh dari sumber referensi yang lain. berharap gelora api revolusi akan tetap bersemayam di dada bangsa ini, yang kini mulai meredup. Hanya ada satu kata untuk perubahan besar yakni melalui jalan: revolusi!

tengoklah sejarah ketika bangsa ini tercabik-cabik selama ratusan tahun dalam periode penjajahan kolonial yang eksploitatif dan menyakitkan hati. Sejarah mencatat bahwa pada 20 maret 1602, para pedagang belanda mendirikan verenigde oost-indische compagnie - voc (perkumpulan dagang india timur). pada masa itu, terjadi persaingan sengit antara negara-negara eropa, yaitu portugis, spanyol kemudian juga inggris, perancis dan belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di asia timur.

untuk menghadapi masalah ini, oleh staaten generaal di belanda, voc diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. selain itu, voc juga mempunyai hak, atas nama pemerintah belanda -- yang waktu itu masih berbentuk republik -- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti voc, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.

perusahaan ini mendirikan markasnya di batavia (sekarang Jakarta) di pulau jawa. pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di hindia timur yang kemudian menjadi indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (maluku), yang termasuk kepulauan banda di mana voc manjalankan monopoli atas pala dan fuli. metode yang digunakan untuk mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan massal. pos perdagangan yang lebih tentram di deshima, pulau buatan di lepas pantai nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang eropa dapat berdagang dengan jepang. tahun 1603 voc memperoleh izin di banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 pieter both diangkat menjadi gubernur jenderal voc pertama (1610-1614), namun ia memilih jayakarta sebagai basis administrasi voc.

sementara itu, frederik de houtman menjadi gubernur voc di ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi gubernur untuk maluku (1621 - 1623). hindia-belanda pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah belanda namun oleh perusahaan dagang bernama perusahaan hindia timur belanda (bahasa belanda: verenigde oostindische compagnie atau voc). voc telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh parlemen belanda pada tahun 1602. markasnya berada di batavia, kini bernama jakarta.

tujuan utama voc adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. contohnya, ketika penduduk kepulauan banda terus menjual biji pala kepada pedagang inggris, pasukan belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.

voc menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin mataram dan banten. vereenigde oost indische compagnie (perserikatan perusahaan hindia timur) atau voc yang didirikan pada tanggal 20 maret 1602 adalah perusahaan belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di asia. disebut hindia timur karena ada pula vwc yang merupakan perserikatan dagang hindia barat. perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham (vereinigte ostindische compagnie voc share, sebuah saham perusahaan hindia timur belanda, terrtanggal 7 november 1623, untuk jumlah 2.400 florin).

meskipun sebenarnya voc merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. misalkan voc boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. bisa dikatakan voc adalah negara dalam negara.
voc terdiri 6 bagian (kamers) di amsterdam, middelburg (untuk zeeland), enkhuizen, delft, hoorn dan rotterdam. delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai heeren XVII (XVII tuan-tuan). kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi amsterdam berjumlah delapan.

di indonesia voc memiliki sebutan populer kompeni atau kumpeni (betawi). istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa belanda. pada 1652, jan van riebeeck mendirikan pos di tanjung harapan (ujung selatan afrika, sekarang ini afrika selatan) untuk menyediakan kapal voc untuk perjalanan mereka ke asia timur. pos ini kemudian menjadi koloni sungguhan ketika lebih banyak lagi orang belanda dan eropa lainnya mulai tinggal di sini. pos voc juga didirikan di persia (sekarang iran), bengal (sekarang bangladesh) dan sebagian india), ceylon (sekarang sri lanka), malaka (sekarang malaysia), siam (sekarang thailand), china daratan (kanton), formosa (sekarang taiwan) dan selatan india. pada 1662, koxinga mengusir belanda dari taiwan.

pada tahun 1669, voc merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%. perusahaan ini hampir selalu terjadi konflik dengan Inggris; hubungan keduanya memburuk ketika terjadi pembantaian ambon pada tahun 1623. pada abad ke-18, kepemilikannya memusatkan di hindia timur. setelah peperangan keempat antara provinsi bersatu dan inggris (1780-1784), voc mendapatkan kesulitan finansial, dan pada 17 maret 1798, perusahaan ini dibubarkan, setelah belanda diinvasi oleh tentara napoleon bonaparte dari prancis. hindia timur diserahkan kepada kerajaan belanda oleh kongres wina pada tahun 1815.

kini kita kembali membahas pudarnya nasionalisme dan patriotisme bangsa. belum sampai satu abad merdeka, jiwa nasionalisme dan patriotisme sudah meredup dari dada bangsa ini. semangat juang dan semangat bela negara di dada kaum muda, mulai sirna. kini kaum muda seolah tak mau peduli, apakah nkri yang belum satu abad merdeka ini akan tercabik menjadi serpihan negara-negara kecil yang pada akhirnya nanti akan dikangkangi oleh negara imperialis dan kolinalis baru. juga jangan remehkan keculasan negara tetangga seperti australia, malaysia atau pun singapura! negeri itu, kini siap menerkam atau menelikung dari belakang kedaulatan bangsa ini. terhadap malaysia, kita teringat kembali gaung retorika agung bung karno, bapak revolusioner bangsa ini. pidato “ganyang malaysia” pernah menggetarkan langit asia.
ketika kedaulatan bangsa mulai dilecehkan, bung karno, pendiri negara yang revolusioner berdiri menggelorakan bangsanya dengan membangkitkan nasionalisme dan patriotisme bangsa ini. maka mengaumlah slogan heroik “ganyang malaysia, si antek-antek imperialis itu...”.

dan kini, dapatkah kita temukan kembali gaung sang proklamator di zaman yang memilukan ini? adakah kita temukan kembali jalan revolusi yang pernah dibentangkan oleh bung karno di tahun 45 itu? harus diakui kini, bahwa alam pikiran bangsa kita saat ini kacau. mental bangsa belum sepenuhnya merdeka. pejabat negara bermental koruptif. para pemimpin hanya bermain dengan kata-kata. parpol sama persis dengan mobil omprengan di terminal yang berjejalan. para pengurus partai bak calo yang berebut penumpang. bangsa ini telah kehilangan nilai luhur pancasila. bung karno, telah menggali pancasila sebagai pedoman dasar negara. dan generasi kini, jelas-jelas telah mengangkanginya.

terjadi dekadensi moral yang berlangsung intensif dan massif di berbagai kota besar. daya tahan budaya lokal goyah sebagai akibat proyek komersialisasi turisme yang massif. pendidikan tak sungguh-sungguh ansich murah. Birokrasi yang kolusif tak banyak berubah sejak era kolonialisme dulu. perbaikan hanya beringsut sedikit, dan tak banyak membawa perubahan berarti seperti yang diharapkan. Kebanggaan akan suatu bangsa yang besar, kini hanya semu belaka. dari rezim ke rezim, estafeta kepemimpinan seperti mengalami keterputusan matarantai sejarah. kepemimpinan nasional tak dilandasi visi kebangsaan dengan akar kokoh pada jiwa nasionalisme dan patriotisme sejati. dari rezim ke rezim, strategi pembangunan nasional tak terarah dalam satu alunan simponi kebijakan negara yang visioner. hanya simpul-simpul kecil yang tak memberi kemanfaatan besar bagi kesejahteraan rakyat senusantara. kemiskinan, kebodohan dan kelaparan sama buruknya dengan realitas social di masa kolonial dulu. belum seabad negeri ini merdeka dan berdaulat.

sejarah mengajarkan bahwa jiwa nasionalisme dan patriotisme tak boleh sirna dari dada rakyat indonesia. tapi yang lebih utama adalah, membangun semangat juang bela Negara di kalangan kaum muda terdidik. Di dada mereka, seharusnya sejak usia dini sudah ditanamkan benih-benih kebangsaan. dan kaum muda hendaknya tidak steril, akan tetapi bergulat mewarisi jiwa kejuangan revolusioner 45. negara seharusnya menggembleng kaum muda agar mereka bermental kampiun sebagai bangsa yang besar dan unggul. negara harus berperan menggembleng mental kaum muda senusantara agar terdidik dan terlatih dengan baik dalam upaya-upaya bela negara untuk memperkokoh pertahanan semesta. begitu banyak pulau-pulau Indonesia yang tak terjamah oleh tangan-tangan terampil kaumj muda. begitu banyak pulau-pulau terluar yang dibiarkan tanpa penghuni. begitu banyak pulau-pulau terpencil kita yang tak dijaga kedaulatannya oleh kaum muda bangsa ini. negara seolah tak berdaya.

jiwa nasionalisme dan patriotisme menjadi satu-satunya benteng fundamental bagi kedaulatan bangsa ini. masih adakah jiwa revolusioner di dada kaum muda bangsa ini? Jiwa untuk membangun negeri yang sumber daya alamnya melimpah ruah, yang di dalam perut buminya terdapat kekayaan mineral dan minyak bumi. apakah negeri ini akan dibiarkan dikuasai oleh segelintir penguasa sehingga informasi penting yang terkait dengan kontrak karya atas sumber daya alam, hanya diketahui oleh sedikit orang saja? apakah akan dibiarkan terus praktek kartel kekuasaan yang mengeksploitir sumber daya alam dan tidak memberi sebesar-besarnya kemakmuran pada rakyat sendiri? apakah butuh waktu yang lama untuk mengentaskan kemiskinan 40 juta rakyat? apakah butuh waktu lama untuk membuka lapangan kerja baru yang dapat menyerap sekitar 20 juta penganggur usia muda produktif ?

masih bergelorakah nasionalisme dan patriotisme dalam jiwa kaum muda kita? kita berani mengatakan bahwa jiwa kaum muda kita saat ini sedang limbung sempoyongan. lihatlah irama malam yang menyeruak di kota-kota besar di indonesia. kaum muda kita telah dibius oleh kebudayaan global. mereka kehilangan jati diri bangsa. mereka kehilangan arah dan makin jauh dari cita-cita pendiri bangsa. mereka limbung sempoyongan dan terpengaruh oleh gaya hidup kaum borjuasi kapitalis global. mereka sibuk foya-foya di mal dan cafe remang-remang. mereka lari dari kenyataan, eskapis. mereka terputus dari matarantai sejarah kebangsaan. negara ini pasti lemah, karena bahu kaum muda kita tak siap memikul beban sejarah dan tak memiliki stamina nasionaslime dan patriotisme yang cukup untuk mengawal kedaulatan bangsa ini.

kaum muda kita, cukup lama dimanjakan atau dininabobokan oleh peradaban kapitalisme global. jangan tangisi mereka, karena sesungguhnya tugas negaralah yang menjadikan mereka sebagai ujung tombak sekaligus benteng kedaulatan negara. kini, apakah mereka peduli dan siap bela negara dengan elan juang yang tinggi bila kedaulatan nkri tercabik serangan musuh atau terkoyak oleh pemberontakan separatisme? Dapatkan kita mengulang heroisme romantik ketika pejuang-pejuang kita maju tak gentar menyerahkan seutas nyawanya untuk berdirinya sebuah negeri: nkri. bila oleh satu situasi krisis, australia mendaratkan pasukannya di papua atau di kepulauan terluar kita, mungkin dapat dipastikan kaum muda kita akan lebih dulu eksodus besar-besaran. kaum muda kita akan ngacir terbirit-birit menghadapi musuh. mereka tak siap menghalau ekspansi musuh. mereka tak pernah digembleng untuk memiliki semangat juang bela negara. jiwa juang 45 yang dulu dimiliki oleh generasi pertama pendidiri negeri ini, telah lama memudar tergerus zaman dan akibat proses pembusukan gaya hidup hedonisme global. faktanya kini, kita hanya memiliki prajurit tni yang ironisnya dipersenjatai oleh alutsista usang. apakah kita akan mengulang masa perjuangan romantik dengan ikon bambu runcing?

bangsa ini tergolong besar. bayangkan, sekitar 220 juta penduduknya. tapi mengapa kedaulatan teritorial negara ini sering dirongrong negara tetangga? lantas apabila ambalat atau papua dicaplok oleh negara seberang samudera, siapkah kaum muda kita untuk bela negara? Sangat sontoloyo jiwa nasionalisme dan patiotisme kaum muda kita. kini faktanya, sipadan dan ligitan sudah teraneksasi, sudah dicaplok lebih dulu. Timor leste pun lepas dari nkri. satu per satu kedaulatan territorial kita dirongrong. Negara cukup risakan karena tidak berdaya melindungi luasnya wilayahnya sendiri. kita tak bisa merasionasir atau menetralisir fakta-fakta kelemahan pertahanan bangsa ini. kita tak bisa membiarkan kaum muda kita hanya sibuk ngejreng bernyanyi ria, dan steril dari problem kebangsaan yang sedemikian kompleks. kini, siapa berani berkata bahwa ambalat, maluku, nias, dan aceh tak akan kembali bergolak untuk lepas dari pangkuan ibu pertiwi nkri?

pemimpin bangsa seharusnya meluangkan satu malam dalam sebulan untuk tidur bersama warga di desa atau perkampungan miskin. pemimpin harus sejiwa dengan rakyatnya. dan secara historis, 1 juni ditandai sebagai hari lahirnya pancasila. Yang terjadi kini, momentum 1 juni hanya sunyi senyap saja. negara tak memberi perhatian. padahal jelas, pancasila adalah dasar negara dan nilai-nilai falsafah yang terkandung di dalam pancasila, kini seperti diabaikan. kini terjadi proses deideologi secara nasional. eksistensi pancasila sebagai ideologi bangsa dan uud 45 sebagai landasan hidup kini hanya sebagai pajangan masa silam belaka. tak ada revitalisasi atas pancasila dan uud 45. Sehingga cukup penting mempertanyakan kembali kesungguhan para penyelengara Negara saat ini apakah mereka benar-benar menghayati sejarah perjuangan bangsa, dan apakah mereka masih memiliki nilai-nilai ideologi pancasila. bila tidak, sebaiknya mereka dipersilahkan minggir dan tak perlu lagi mengurusi bangsa ini.

sejak masa kolonial, kekayaan sumber daya alam bangsa ini sudah dieksploitasi, tapi bukan untuk memakmurkan kehidupan rakyatnya. arti kemerdekaan dan kedaulatan bangsa ini, sungguh memilukan. saat ini, jiwa nasionalisme dan patriotisme bangsa berada di titik nadir yang mencemaskan. rakyat tak melihat cahaya pengharapan, kebanggaan apalagi pencerahan. 40 juta rakyat hidup dalam kultur kemiskinan, dan mereka terpinggirkan. 20 juta penganggur berusia produktif, hidup dalam ketidakpastian. Sebagian di antaranya terpaksa hidup menjadi tki dan menyebar ke seantero dunia. mereka terpaksa mengetuk-ketuk pintu, menghamba untuk meminta pekerjaan sebagai jongos dan buruh kasar. beberapa di antara mereka mengalami penganiayaan, dan terpaksa meloncat dari apartemen sang majikan. di antara mereka ada yang mati ngenes atau hidup terlunta-lunta. pemimpin sejati selalu berdiri paling depan, pasang badan dan senantiasa siap berteriak lantang dalam melindungi bangsanya.

bayangkan, menghadapi berbagai problem bangsa, posisi negara seperti tak berdaya. mereka yang menyebut diri sebagai pemimpin bangsa hanya bermain dengan retorika diplomasi semu. Jiwa pancasila, nasionalisme dan patriotisme mereka sangat diragukan. menghadapi kasus manohara yang “disekap” oleh kerajaan kelantan saja, tak sungguh-sungguh mereka perjuangkan untuk melindungi warga negaranya. sungguh memilukan, negara seperti tak berdaya. lantas, apakah rezim yang berkuasa saat ini, berani bertanggung jawab atas kacaunya dpt pada tahap pileg yang lalu? tampaknya, semua pihak berusaha lepas tangan. moralitas rezim yang berkuasa, sungguh jauh di bawah standar kepemimpinan dari sebuah bangsa yang tergolong besar ini.

episode perjalanan sejarah bangsa dipenuhi coreng moreng lumuran darah. analoginya bak tragedi keris ken arok yang haus darah, tikam menikam dari rezim ke rezim. berbagai kasus pelanggaran hak azasi manusia (ham), dari rezim ke rezim tak pernah dituntaskan. Negara tidak tegas dalam mencari solusi. Yang terkesan adalah proses tarik ulur dan permainan retorika yang menjemukan. aneka kasus ham di masa lalu tak diselesaikan secara tuntas. bangsa ini menyimpan begitu banyak luka sejarah, dan tak pernah berani menatap cermin sejarahnya sendiri. kondisi ini diperparah lagi dengan merebaknya gaya hidup hedonisme ala borjuasi negeri kapitalis global. akibatnya sendi-sendi birokrasi keropos karena digerogoti birokrat-birokrat bermental korup. lembaga dewan (dpr) menjadi lembaga yang tak aspiratif, dan jauh dari realitas yang memperjuangkan hak-hak dan harapan rakyat.

dan ingatlah, dari rezim ke rezim, nasib rakyat miskin di pedesaan tak pernah berubah. derita kemiskinan mereka hanya dieksploitir untuk tujuan-tujuan mencari utangan baru ke berbagai lembaga donor keuangan dunia. lantas kita pun bertanya, adakah kini sosok pemimpim sejati yang dapat menjadi sumber inspirasi revolusioner bagi perbaikan bangsa ke depan. adakah kini sosok pemimpin sejati yang secara naluriah mengayomi rakyat miskin petani, nelayan, buruh dan pedagang kakilima? kita tahu dari rezim ke rezim, mereka yang menyebut diri pemimpin, tak mampu membebaskan diri dari ketergantungan utang. mereka selalu saja bermain dengan argumentasi kata-kata. mereka yang menyebut diri sebagai pemimpin saat ini, hakikatnya tak memiliki jiwa revolusioner yang dapat membangkitkan jiwa nasionalisme dan patriotisme bangsa dalam membangun negeri ini di atas kekuatan potensi bangsa sendiri.

kita membutuhkan gelora revolusi untuk membangkitkan pemuda-pemudi agar mereka memiliki jiwa juang bela negara dan menyintai budaya pertanian desa yang sudah pasti akan memakmurkan negeri ini. kita membutuhkan gelora revolusi di dada bangsa ini, agar segera mengubah gaya hidup perkotaan yang marak ditingkahi oleh budaya hedonistis, konsumtif dan individualistis. jadi bung, bersiaplah untuk mendorong momentum revolusi. bersiaplah untuk mengubah secara radikal gaya hidup kaum borjuasi kapitalis yang hipokrit, menjadi gaya hidup egaliter yang dijiwai spirit ideologi pancasila dan senapas dengan konstitusi uud 1945 yang memuliakan semangat budaya gotong royong dalam segala perikehidupan bangsa. dan momentum perubahan yang radikal ini baru akan terlaksana bila bangsa ini serentak menyadari pentingnya perubahan sikap dan cara pandang hidup, menjauhi budaya gaya hidup borjuasi kapitalistis, materialistis dan hedonistis. jalan lurus revolusi harus ditandai dengan memindah ibukota republik indonesia dari jakarta yang sudah tidak kondusif lagi ke kawasan pesisir cirebon atau ke kota tua purwokerto. inilah salah satu cita-cita agenda revolusi bangsa ini. dirgahayu ri ke-64. merdeka!

(mas ab, dari padepokan sunyi di kaki merapi, dalam rangka menyongsong momentum hari kemerdekaan ri ke-64)

Selasa, 28 Juli 2009

puisi wasiat untuk nak


puisi wasiat untuk nak
by mas arifin brandan ~ copyright@2009 ~ aruscitra@yahoo.com




(1)
nak, kamu boleh tumbuh dan berkembang di muka bumi mana saja: asia, afrika, amerika, eropa, australia , bahkan mungkin di kutub selatan atau kutub utara. Tapi jadikan dirimu sebagai warga dunia yang humanis, welas asih, toleran, dan yang menyayangi sesama bagai sapuan ombak yang terus-menerus membelai pantai pasir putih tanpa letih

(2)
nak, kamu boleh tumbuh dan berkembang di muka bumi mana saja, tapi janganlah menebar kerusakan di muka bumi, atau rakus mengekploitasi alam demi memuaskan syahwat liar industrialisasi, kapitalisasi, individualisasi, dan hedonisasi

(3)
nak, kamu boleh tumbuh dan berkembang di muka bumi mana saja, dan ingatlah selalu bahwa tuhan mengirimmu ke bumi dengan misi amat mulia: menebar kebajikan, menabur kasih sayang, mengubur kebencian. jauhi sejauh-jauhnya kobaran api angkara murka, jauhi sejauh-jauhnya dusta dari wajah seribu muka, jauhi sejauh-jauhnya watak iblis yang durjana

(4)
nak, kamu boleh tumbuh dan berkembang di muka bumi mana saja. Jagalah bumi dengan kepermaian alamnya. Jagalah gunung-gunung dengan rimba tanaman dan udaranya yang segar. jagalah sungai dengan kekayaan sumber mata airnya, agar kelak mata rantai generasi sesudahmu, tidak kecewa berurai air mata meratapi sumber mata airnya yang kering.

(5)
nak, dirikanlah rumah kehidupan yang bersahaja, teduh damai. mungkin gubuk mungil di atas sebidang tanah subur dengan sawah-sawah di sekelilingnya. buat apa kamu terdampar di kota-kota gemerlap yang berjejalan. saling sikut, saling terkam dan saling berebut oksigen yang sudah terpapar asap pabrik dan knalpot. Sungguh, hidup seperti itu bagaikan sebuah upacara dalam prosesi bunuh diri massal.

(6)
lalu, bayangkan rumah kehidupan yang bersahaja ini. Konser simponi alam di tengah malam. Koor katak-katak, suara-suara jengkrik, alunan syahdu ricik air pegunungan. Dan bayangkan bintang-bintang di langit gelap, kerlip cahayanya bagaikan angsa-angsa putih yang berenang riang di atas telaga jernih. Hmmm…alam yang jernih, sejernih hati dan pikiranmu.

(7)
nak, kamu boleh tumbuh dan berkembang di muka bumi mana saja. Kelak kau lihat pula potret tua yang menggantung dan berdebu. itulah wajah masa depanmu, kerut-merut letih merajut waktu dengan kerja dan doa. Itulah pertanda kefanaanmu. Wajah kita bagai helai-helai daun yang mengalun letih lalu menguning, meranggas, dan terhempas ke bumi. kelak, engkau pun letih melintasi waktu, lalu pikun menghitung berapa kali matahari terbit untuk kembali tebenam dan terbit lagi. Tapi tak perlu cemas, itulah tanda kefanaan, sekaligus tanda ketulusan dan tanda keperkasaan tuhan. Jadi nak, maknai waktumu dengan keringat kerja dan pahat lekat di dasar hatimu keagungan tuhan yang menyinari hidupmu.


-media juli 2009-

dirgahayu ri ke-64



salam revolusi!
beberapa pekan ke depan, kita peringati momentum hari kemerdekaan ri yang ke 64. belumsampai satu abad, nkri berdiri, berdaulat atau merdeka. tapi begitu banyak kompleksitas problem bangsa yang membelit saat ini. satu di antaranya, fakta sosial bahwa budaya baca bangsa ini amatlah rendah. masalah ini, sudah lama dikeluhkan. rasanya, apa pun yang kita kerjakan guna meningkatkan kualitas sdm bangsa, akan sia-sia belaka. kultur budaya global yang bercirikan kapitalisme, materialisme, hedonisme, pragmatisme sudah mengakar kuat dan juga membelit kondisi sosial bangsa, terutamanya di lingkungan masyarakat perkotaan yang padat dan kumuh.

dan bangsa ini seperti tak punya pilihan lain. saat ini saja, indonesia sudah disodori pinjaman utang senilai 300 trilyunan. dari rezim ke rezim, utang indoensia makin menggunung. para elit politik hanya gentayangan di jakarta, dan baru tersentak setelah bom mengguncang jakarta. kesenjangan sosial makin menganga. bayi-bayi di pelosok desa miskin mengalami busung lapar karena terlalu lama makin nasi aking. petani menjual sawah dan sapinya untuk membiayai anak-anaknya ke luar negeri untuk bisa sekadar bekerja jadi jongos atau babu. bangsa ini bergerak makin jauh dari cita-cita kemerdekaan. renungkan kembali kesahajaan sosok pangsar sudirman yang ringkih, namun gigih berjuang meski harus ditandu, masuk keluar hutan, mempertaruhkan nyawa. jutaan pejuang meregang nyawa dengan slogan syahid revolusionernya, "merdeka atau mati." tapi kini kaum muda perkotaan, berduyun-duyun masuk keluar mal dan cafe, untuk proses indoktrinasi gaya hidup global kapitalistis. proses westernisasi terjadi begitu intens dan masif.

karenanya, perlu solusi untuk perubahan besar secara revolusioner, mengubah radikal gaya hidup bangsa. mentalitas bangsa harus digembleng dalam tradisi kedisiplinan dan kepatuhan pada hukum. mengubah pola gaya hidup bangsa, dari satu tradisi budaya konsumtif menjadi budaya bangsa yang kreatif dan produktif. satu hal penting lagi, bangsa ini perlu keberanian untuk mememindah ibukota negara dari metropolis jakarta ke kawasan kota pesisir cirebon atau kota tua purwokerto. jakarta sudah tidak kondusif lagi untuk basis ibukota dari sebuah negara maritim terbesar di dunia, atau dari sebuah negara agraris yang tergolong luas lahan pertaniannya. dan untuk mencapai agenda besar perubahan bangsa, penting di sini menumbuhkan penyadaran kaum muda terpelajar yang masih memiliki reserve jiwa idealisme, nasionalisme dan patriotisme bangsa. kaum muda perlu menyegarkan kembali nilai-nilai kebangsaan yang mengakar pada sejarah perjuangan bangsa, dan menempa karakter, moral dan ketangguhan mentalnya agar benar-benar siap menjemput masa depan yang sarat dengan kepentingan persaingan global yang kompetitif, liberalis dan kanibalistis. karena itu, kaum muda saat ini perlu segera mendorong perubahan besar di negeri ini. perlu mengambil spirit revolusi 45 yang mencerminkan karakteristik watak sebagai bangsa pejuang, bangsa yang gigih melawan kolonialisme dan imperialisme. inilah artikulasi dari dialetika revolusi yang dinamis, romantik dan visioner.

menghadapi tantangan dan gejolak globalisme saat ini dan masa depan, diperlukan generasi muda dengan ketangguhan moral dan kekuatan karakter yang nasionalistik, ideologis dan patriotik. tanpa ketangguhan moral dan kekuatan karakter, maka bangsa ini akan terombang-ambing dalam pusaran gelombang globalisme dan akan segera tercerabut dari akar-akar kebudayaannya sendiri. inilah yang hakikatnya menjadi ancaman sangat serius bagi bangsa saat ini. apalagi kondisi sekarang ini sedang mengalami dekadensi moral yang luar biasa. banyak kebobrokan moral dalam kehidupan nyata sehari-hari. tangung jawab sosial rendah. wawasan dan kohesi kebangsaan melemah. kebanggaan menjadi warga negara indonesia, hanya sebatas pada kartu identitas ktp saja. peran negara dalam kehidupan riil, antara ada dan tiada. sayup-sayup. begitu banyak masalah yang menghimpit bangsa, sehingga energi bangsa terkuras, sehingga tak punya reserve untuk kontemplasi, refleksi dan merancang visi masa depan bangsa yang terintegrasi dan juga mengakar pada nilai-nilai kebudayaan bangsa. di tengah galaunya situasi dan kondisi inilah, bangsa ini perlu segera cepat kembali ke jalan lurus revolusi 45, sumber rujukan energi nilai idealisme, dan sumber kristalisasi nasionalisme dan patriotisme bangsa. dari sanalah kita akan menghirup kembali "oksigen" nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa, dan menggembleng kembali jiwa ideologi pancasila, dan menyerap visi kebangsaan untuk mengahadapi proyeksi dan interaksi tantangan masa depan yang pastinya akan sengit kompetitif. langkah berani untuk kembali ke jalan revolusi 45, dan meninggalkan gaya hidup global yang kapitalistis dan hedonistis, merupakan keputusan sejarah yang amat penting dan harus diambil oleh bangsa ini. karena hanya itulah satu-satunya solusi terbaik agar eksistensi nkri sebagai sebuah entitas bangsa dan negara, tetap terjaga kejayaannya.

sebaliknya, bila bangsa ini tak segera kembali ke jalan revolusi 45, maka dapat dipastikan bangsa ini akan terhuyung-huyung limbung dan secara akseleratif akan mendekati bibir jurang kebangkrutan dan keruntuhannya. inilah yang dulu terjadi dan menimpa adidaya uni soviet dan juga mengoyak balkan yugoslavia. uni soviet dengan konsep glasnots dan perestroika-nya sesungguhnya merupakan jalan penyelamatan yang sudah sangat terlambat. ibarat kapal titanic, yang sia-sia mengubah navigasi kemudi, karena bukit es sekonyong-konyong menghadang di depan mata. analogi ini amat penting
untuk direnungkan di hari-hari ini, dan ini bertepatan momentumnya dengan dirgahayu ri yang ke-64. dan tanpa kembali ke jalan revolusi, sulit membayangkan bangsa ini dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaanya seperti yang didambakan oleh pendiri negara. jadi hanya satu tekad, satu gerakan moral untuk perubahan besar dan loncatan jauh ke depan yakni melalui jalan: revolusi! semoga alloh subhana wata'ala meridhoi bangsa dan negara ini. jayalah bangsaku, jayalah negeriku: indonesia raya!

(mas ab, dari padepokan sunyi di kaki merapi)